Suatu sore terdengar bunyi grendel pagar dibuka. Ada yang datang ke rumah. Anak-anak langsung berlari ke arah pintu, buka gorden dan melihat siapa yang datang. “Yah, ada tamu!”, teriak mereka. Pintu dibuka dan ketika melihat dua Bapak yang tidak dikenal, saya menduga mungkin mengundang pesta pernikahan di komplek. Ternyata benar. Pestanya hari Minggu depan. Dan sebagai undangan, salah satu Bapak tersebut menyodorkan bungkus rokok. Bimbang, mau diambil apa tidak, tapi demi kesopanan diambil juga sebatang. “Ayah kan tidak merokok?”, protes anak-anak ketika para bapak tersebut berlalu.
Ternyata sebatang rokok sudah menjadi semacam sub budaya dalam masyarakat. Ketika browsing foto di flickr saya juga menemukan bahwa rokok juga menjadi sesaji bagi leluhur.
Musikku Keras Kopiku Kental
Rokok undangan tersebut ditaruh diatas lemari dan setelah beberapa kali undangan nikah akhirnya numpuk juga. Waktu membuang rokok-rokok tersebut ke tempat sampah saya mencoba mengingat kapan dulu mulai merokok. Waktu SD dulu dikampung saya selalu melihat orang dewasa yang merokok, dimana yang populer adalah rokok lintingan daun enau kering. Kalau di Jawa ada rokok klobot, dari lintingan daun jagung, maka disini yang dipakai adalah daun enau kering. Mereka biasanya punya kantong khusus, berisi tembakau dan lembaran daun enau. Ketika mereka merokok, saya minta daun enau kering tersebut. Dilinting, tanpa ditambah tembakau. Lintingan tersebut diibakar dan dihisap. Ternyata gak enak.
Pertama kali merokok mungkin waktu kuliah di Bandung, itu pun menjelang lulus waktu menyusun TA. Merokok dengan kesadaran sendiri tanpa paksaan. tagline iklan rokok yang terkenal waktu itu salah satunya adalah musikku keras dan kopiku kental. Mengerjakan laporan sendirian di kamar kos, yang seringnya dari habis magrib sampai pagi ; rokok memang merupakan teman yang menyenangkan. Ditambah kopi akan lebih membantu lebih fokus lagi dalam mengerjakan laporan.
Lulus kuliah, lalu menjadi pengangguran beberapa bulan akibat kerusuhan Mei 2008 berakibat semakin akrab dengan rokok. Rokok jadi teman main game dan main truf. Melanjutkan kuliah, kebiasaan merokok tetap dibawa. Mungkin dosis merokoknya lebih parah. Waktu puasa, sahur dan bukanya dengan sebatang rokok. Bangun sahur, keluar kamar kos, duduk dulu merokok satu batang. Keluar rumah beli makan sahur, duduk lagi dan merokok lagi sebatang. Makan, lalu merokok lagi menjelang imsak. Batalin puasa ketika bedug buka puasa juga dengan sebatang rokok. ha..ha…Bapak kos yang juga seorang ustad hanya geleng-geleng kepala saja melihat hal tersebut.
Merokok dan kopi membuat jadi kurang banyak minum dan makan. Sebagai akibatnya badan menjadi kurus dan gangguan kesehatan juga. Menjelang kuliah selesai, merokok sudah mulai bisa dikurangi. Tidak merokok dua minggu, lalu merokok lagi, atau bisa tidak merokok satu bulan, tapi merokok lagi. Untuk benar-benar berhenti memang susah. Begitu mulai kerja, ternyata dengan rekan dan atasan yang merokok, sehingga berhenti merokok semakin susah. 234 susah untuk dilepaskan.
695 days apart
Seseorang baru bisa berhenti merokok apabila ada dorongan yang sangat kuat dari dalam diri orang tersebut. Harus ada sebuah peristiwa yang memicu hal tersebut. Dan itu yang saya alami ketika mengikuti sebuah lokakarya di Banda Aceh. Saya pergi dengan rombongan, termasuk seorang kepala dinas dari sebuah kota. Karena tidak ada penerbangan langsung ke Banda Aceh, kita menginap dulu di Medan. Selama perjalanan saya mengamati bahwa si Bapak kepala dinas ini juga merokok dan karena tugasnya juga sering begadang juga. Merokok dan begadang, sama seperti saya.
Singkat cerita, sampai di Banda saya langsung mencari kedai rokok dekat hotel dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan lokakarya tersebut. Sesekali keluar ruangan untuk merokok. Pada hari lokakarya si Bapak tadi pada siang sekitar jam satuan menyampaikan makalah, dan beberapa jam kemudian kami dikagetkan si Bapak pingsan dikamar, dan beberapa teman langsung membawa ke rumah sakit. Kita lalu menyusul ke rumah sakit, si Bapak dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar yang mempunyai alat CT-Scan. Kami mengamati ketika CT-scan dilakukan. Si bapak kena stroke, dan beberapa saat setelah di scan beliau berpulang. Saya melihat foto hasil ct-scan, sangat jelas terlihat bagaimana pendarahan di kepala yang berkembang.
Merokok dan begadang, sama seperti saya. Saya langsung lemas dan takut menyadari hal tersebut. Meskipun tidak tahu seberapa besar kontribusi rokok terhadap stroke, saya mengeluarkan bungkus rokok yang masih hampir penuh. Saya remas dan saya buang ke tong sampah rumah sakit dan berjanji udah saatnya untuk berhenti total.
Itu hari terakhir saya dengan dji sam soe.
Perjuangan
Ternyata perjuangan untuk berhenti total merokok tidak mudah. Digempur godaan merokok dari setiap sisi dan kesempatan. Terutama dari teman perokok dan juga iklan rokok. Pada tahap awal saya menjadikan foto dari foto ct-scan menjadi wallpaper di komputer saya, dan saya beri tulisan ‘Remember The Day’. Ini cukup membantu untuk menguatkan alasan saya untuk tidak merokok.
Godaan iklan rokok juga cukup kuat. Orang-orang periklanan di industri rokok tentulah orang-orang yang sangat cerdik untuk membujuk masyarakat membeli rokok ditengah keterbatasan iklan rokok. Iklan rokok tidak boleh memperlihatkan batang atau bungkus rokok, yang artinya juga tidak memperbolehkan juga memperlihatkan orang sedang merokok dalam iklan. Nah, bagaimana cara mengiklankan suatu barang dimana barang tersebut tidak kelihatan dalam iklan tersebut? mereka memang jago.
Ketika membuat tulisan ini sambil nonton film di tivi, sebagian iklan merupakan iklan rokok. Salah satunya iklan djisamsoe gold. Varian baru 234 dengan tagline ” halus dan mantap”. gold, halus, mantap: begitu menggoda. Djisamsoe awal yang saya kenal berupa kretek bungkus isi 12, lalu kemudian muncul varian isi 16, lalu muncul belakangan djisamsoe filter dan djisamsoe magnum. Magnum racikannya lebih halus sehingga lebih enak dihisap dibanding dengan djisamsoe ‘original’. Itu rokok terakhir saya. Melihat iklan djisamsoe gold ini langsung terlintas seberapa lembut dan halus racikannya…? Barangkali, pasti mantap! 🙂
Iklan rokok sekarang semakin menyasar perokok muda dengan iklan dengan balutan gaya hidup dan olah raga. Rokok dan olah raga merupakan dua substansi seperti air dan minyak, tapi ajaibnya bisa menyatu dengan mesra di negeri ini.
Merokok atau tidak merokok merupakan suatu pilihan. Yang merokok hargai orang yang tidak merokok dengan tidak merokok di ruangan, angkutan umum dan tempat umum lain. Sebaliknya yang tidak merokok tentunya harus menghargai juga kebutuhan perokok.
…dan perjuangan terus berlanjut.
***
Ini hanya sebuah catatan tidak penting di https://dagodang.wordpress.com